BKSAP Tekankan Pentingnya Sinergi Antar Parlemen
Delegasi Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menekankan pentingnya sinergi yang baik antar badan legislatif dan eksekutif di ASEAN. Sinergi antar badan ini untuk mendukung proses pembentukan Komunitas ASEAN 2015 yang terintegrasi, maju dan damai.
“Pentingnya sinergi antar parlemen untuk mendukung proses pembentukan Komunitas ASEAN 2015,” ujar Wakil Ketua BKSAP Sidarto Danusubroto dalam Pertemuan ke-5ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Caucus yang digelar 11– 14 Mei 2013 di Da Lat,Vietnam.
Pertemuan dihadiri oleh seluruh anggota AIPA, kecuali Filipina, dan juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, sebagai Guest of the Host, dan perwakilan Sekretariat AIPA.Hadir dari perwakilan Indonesia adalah Wakil Ketua BKSAP Sidarto Danusubroto, Anggota BKSAP Ida Ria Simamora dan Alexander Edwin Kawilarang.
Dalam acara bertajuk the Status of Implementation of the 33rd AIPA General Assembly (GA) Resolutions,Green Growth danPoverty Reduction for Sustainable Development ini, Sidarto juga menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Parlemen dan Pemerintah Indonesia dalam menindaklanjuti 12 resolusi yang dihasilkan Sidang Umum ke-33 AIPA, baik di bidang politik, ekonomi, sosial maupun pengarusutamaan gender.
Anggota Delegasi Alexander Edwin Kawilarang menambahkan komitmen Indonesia dalam mendorong Sustainable Development, baik dalam bentuk legislasi maupun kebijakan. Bukti komitmen Indonesia antara lain adalah dengan melakukan reformasi kebijakan, menyusun strategi pembangunan jangka panjang (2005-2025), mengurangi tingkat emisi gas dan menyusun Climate Change Sectoral Roadmap. Indonesia juga telah berpartisipasi secara aktif dalam berbagai mekanisme kerja sama bilateral, regional dan multilateral.
Terkait dengan bidang sosial, Ida menyampaikan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan Indonesia dalam mendorong pengentasan kemiskinan dan pembangunan yang berkelanjutan. Penanganan akar masalah kemiskinan, seperti pendidikan, kesehatan, serta ketersediaan lapangan pekerjaanjuga turut menjadi fokus Indonesia.
“Perkembangan Small and Medium Enterprises (SMEs) yang telah menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi di ASEAN juga memiliki peran penting, sehingga harus terus didorong,” ujar Ida.
Isu yang sempat menjadi perdebatan di antara para negara peserta 5th AIPA Caucus adalah mengenai usulan Vietnam untuk membentuk ASEAN Green Growth Centre. Namun, sebagian peserta masih bingung akan rencana pembentukan Centre ini.
“Apakah Centre tersebut akan berada di bawah mekanisme AIPA atau ASEAN? Bagaimana mekanisme pembentukan dan operasionalisasinya ke depan?Apakah inisiatif serupa juga ada dalam mekanisme kerja sama ASEAN, serta apakah pembentukan Centre tersebut berada di bawah penanganan parlemen?” tanya Alexander ketika pertemuan berlangsung.
Menanggapi kebingungan peserta pertemuan, perwakilan ASEAN Secretariat menjelaskan bahwa sejauh ini belum ada mekanisme khusus dalam kerangka ASEAN mengenai isu Green Growth. Pembentukan Centreharus jelas Term of Reference-nya khususnya mengenai pendanaan dan memerlukan proses.Akhirnya, pertemuan menyepakati untuk meminta informasi lebih detail dari Vietnam,serta membahasnya lebih lanjut pada Sidang Umum AIPA berikutnya.
“Keputusan ini cukup baik, karena inisiatif ini kiranya memang perlu dicermati secara seksama untuk menghindari pembentukan mekanisme baru yang belum bisa dipastikan urgensi dan manfaatnya. Kiranya perlu dihindari bahwa inisiatif tersebut hanya akan berujung pada pembentukan suatu institusi(Centre) yang belum tentu efektif dalam operasionalisasinya,” ujar Sidarto.
Pertemuan diakhiri dengan mengadopsi Report of the 5th AIPA Caucus yang ditandatangani oleh seluruh Ketua Delegasi.Brunei Darussalam akan menjadi tuan rumah pada pertemuan ke-6 AIPACaucus. Adapun waktu dan tempat penyelenggaraan akan disampaikan menyusul oleh Sekretariat AIPA. (sf) foto:dok.parle/ry